Makassar, Faktadelik.Com – Menjelang memasuki bulan suci ramadhan 1443 H/2022 M, Komisi Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel, mengadakan Refreshing Dai, bertempat di Hotel Alauddin Makassar, Minggu (27/3/2022).
Acara Refreshing Dai tersebut diikuti oleh 100 orang Muballigh yang merupakan perwakilan dari ormas dan lembaga-lembaga dakwah yang ada di Sulawesi Selatan. Dengan menampilkan pembicara Dr. Ir. H. Ilham Arif Sirajuddin, MM., Walikota Makassar 2 periode pada masanya, Dr. KH. Amirullah Amri, M. Ag., Ketua Komisi Dakwah dan Pengabdian Masyarakat MUI Sulsel,dan Letkol Sus Drs. H. Husban Abady, .MH., Sekretaris Bidang Dakwah dan Pengabdian Masyarakat MUI Sulsel dengan Moderator Dr. Suf Kasman, S. Ag. M. Ag.
Turut hadir Wakil Ketua Umum MUI Sulsel, Prof Dr. KH. Muhammad Galib, M. Ag., dan Dr. KH. Mustari Bosra, MA. Ketika membuka acara tersebut Mustari Bosra yang mewakili Ketua Umum MUI Sulsel mengatakan bahwa, sangat mengapresiasi pelaksanaan Refresing Dai yang dilaksanakan oleh Komisi Dakwah dan pengembangan masyarakat MUI Sulsel, dengan harapan agar para Muballigh dapat menyampaikan ceramah yang meyejukkan di bulam suci ramadhan, sehingga tercipta suasana yang kondusif, rukun, damai dan tentram di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Pada sesi paparan, para pemateri menyampaikan topik Kerja sama antara Umara dan Ulama sebagai pelayan umat ole Dr. Ir. H. Ilham Arif Sirajuddin, MM., Problematika Dakwah oleh Dr. KH. Amirullah Amri, M. Ag., dan Wawasan Kebangsaan dan Cinta NKRI oleh Letkol Sus Drs. H. Husban Abady, MH.
Ilham Arif Sirajuddin mengatakan perlunya kolaborasi antara umara dan ulama dalam menyelesaikan problem yang dihadapi oleh masyarakat, sementara Amirullah Amri mengatakan bahwa problematika dan tantangan dakwah semakin kompleks, sehingga dakwah harus dimanage oleh tenaga- tenaga yang ahli dan rela berkorban dengan niat yang ikhlas.
Disamping itu Amirullah Amri juga mengatakan bahwa Dakwah diperlukan penguasaan teknologi dan informasi, dakwah harus senantiasa diperluas dengan dakwah bilkitaaba (tulisan), bil hikmah (politik), dan bil iqtishadiyah (ekonomi), sehingga kita mampu membentengi remaja sebagai asset negara yang beraqidah Ahlusunna Waljamaah dan sebagai umat yang terbaik.
Sedangkan Husban Abady dalam paparannya menyampaikan perlunya para muballigh memahami tentang wawasan kebangsaan dan cinta NKRI dengan mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan yang bersumber dari empat Konsensus Dasar berbangsa yaitu Pancasila, UUD NRI 1945, NKR dan Bhinneka Tunggal Ika, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Lebih lanjut Husban Abady mengatakan bahwa perbedaan adalah merupakan sunnatullah, sehingga para muballigh dituntut untuk bisa saling memahami dan berlapang dada untuk menerima perbedaan yang ada, muballigh tidak boleh mengejek ataupun menghina kepada seseorang yang berbeda paham, termasuk kepada yang berbeda agama, pungkas perwira TNI Angkatan Udara berpangkat Letnan Kolonel ini. ( Red )