Makassar, Faktadelik.Com – Menteri Pertanian Indonesia, Syahrul Yasin Limpo (SYL) dikukuhkan sebagai Guru Besar atau Professor Kehormatan Universitas Hasanuddin (Unhas), Kamis, 17 Maret 2022.
Mengawali orasi ilmiahnya, Prof. (Unhas). Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, S.H., M.Si., M.H memaparkan alasan dirinya mengajukan judul ‘Hibridasi Hukum Tata Negara Positivistik Dengan Kearifan Lokal Dalam Mengurai Kompleksitas Kepemerintahan’ untuk pengukuhan Guru Besar di bidang hukum tata negara dan kepemerintahan pada Fakultas Hukum Unhas.
SYL mengatakan selama 40 tahun dirinya terlibat di dunia pemerintahan. Memulai karier dari lurah, camat, bupati, wakil gubernur, gubernur hingga menteri.
Selain itu, dirinya juga menempuh pendidikan formal dari sarjana hingga doktor di bidang hukum. Dia juga pernah menyelesaikan gelar magister bidang administrasi negara.
“Saya terlibat di dunia pemerintahan lebih dari 40 tahun sebagai medan pengabdian. Saya juga terlibat dalam ormas dan partai politik,” kata SYL.
SYL melanjutkan pendidikan formal di bidang hukum dan administrasi tata negara telah mengajarkan kebenaran berlandaskan teoritik. Lalu pengalaman di pemerintahan memberikan pemahaman tujuan pemerintah yang menghadirkan rahmat dan melindungi seluruk rakyat.
“Yang ketiga, pengalaman berpolitik memberikan saya kemampuan membaca reaksi atas sebuah aksi, melihat lawan politik sebagai sahabat dan mematikan rasa musuh dan dendam,” jelasnya.
Tak hanya itu, selama menjabat kepala daerah, dari bupati hingga gubernur, lalu jadi Menteri Pertanian. SYL selalu membuka ruang-ruang diskusi dengan ratusan guru besar dan doktor dari berbagai latar belakang pendidikan.
“20 Tahun terakhir saya lakukan kelas khusus di warkop, rumah hingga kantor. Kenapa diam-diam, agar jabatan saya sebagai wagub, gubernur dan menteri tidak kelihatan kurang cakap,” sebut mantan Kepala Biro Humas Pemprov Sulsel itu.
Mantan Gubernur Sulsel dua periode itu menyebutkan orasi ilmiah yang disampaikan adalah bentuk pertanggungjawaban atas pengetahuannya yang telah dipraktekkan di lapangan.
“Ini adalah pidato profesir lapangan, saya mendapatkan pendidikan formal dari bidang hukum dan adminuistrasi ditambah pengalaman dan kearifan lokal Bugis Makassar sehingga mengusung judul ini,” ungkapnya.